وَشِبْهِ ذَيْنِ وَبِهِ عِشْرُوْنَا ¤ وَبَابُـــهُ أُلْحِــقَ وَالأَهْــــلُوْنَا
….dan
yang serupa dengan keduanya ini (“Aamir” dan “Mudznib”, pada bait
sebelumnya). Dan lafadz “‘Isyruuna dan babnya”, dimulhaqkan kepadanya
(I’rab Jamak Mudzakkar Salim). Juga lafadz “Ahluuna”
أوْلُو وَعَالَمُوْنَ عِلِّيّونَا ¤ وَأَرْضُـــوْنَ شَذَّ وَالْسِّـنُوْنَا
Juga
lafadz “Uluu, ‘Aalamuuna, ‘Illiyyuuna dan lafazh Aradhuuna adalah
contoh yang syadz (paling jauh dari definisi Jamak Mudzakkar Salim).
Juga Lafadz “sinuuna…..
وَبَابُهُ وَمِثْلَ حِيْنٍ قَـدْ يَرِدْ ¤ ذَا الْبَابُ وَهْوَ عِنْدَ قَوْمٍ يَطَّرِدْ
.…dan
babnya”. Terkadang Bab ini (bab sinuuna) ditemukan dii’rab semisal
lafadz “Hiina” (dii’rab harkat, dengan tetapnya ya’ dan nun) demikian
ini ditemukan pada suatu kaum (dari Ahli Nawu atau orang Arab)
Disebutkan pada awal bait diatas kalimat: “dan yang serupa dengan keduanya ini (“Aamir” dan “Mudznib”, pada bait sebelumnya)”
yakni, semua Isim Alam dan Isim shifat yang menggenapi syarat sebagai
Jama’ Mudzakkar Salim dimana tanda I’rab-nya dengan wau ketika rafa’ dan
dengan ya’ ketika nashab dan jar.
Kemudian disebutkan oleh kiyai Mushannif
pada Bait kalimat selanjutnya, tentang Isim-isim yang mulhaq/diikutkan
kepada I’rab jama’ mudzakkar salim. Adalah Isim yang tidak mencukupi
dari syarat ataupun sifat yang wajib dimiliki oleh tiap Isim yang dapat
dijadikan jama’ mudzakkar salim.
Dintara Isim-isim Mulhaq Jama’ Mudzakkar Salim tersebut, yang paling masyhur dalam penggunaannya adalah:
- Kalimah isim yang menunjukkan arti banyak, dan tidak bisa dimufradkan baik secara lafazh atau secara makna: yaitu bab عِشْرُوْنَ (dua puluh) hitungan dari 20, 30, 40 hingga – 90.
contoh Firman Allah:
إِنْ يَكُنْ مِنْكُمْ عِشْرُونَ صَابِرُونَ يَغْلِبُوا مِائَتَيْنِ
Jika ada dua puluh orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang musuh.
وَإِذْ وَاعَدْنَا مُوسَى أَرْبَعِينَ لَيْلَةً
Dan (ingatlah), ketika Kami berjanji kepada Musa (memberikan Taurat, sesudah) empat puluh malam
- Kalimah isim yang tidak menggenapi sebagian syarat Jama’ Mudzakkar Salim, seperti lafazh أَهْلٌ dijamakkan menjadi أهْلُوْنَ beserta ia bukan Isim Alam pun bukan Isim Sifat. Sebagaimana disebutkan dalam syawahid syi’ir:
وَمَا الْمَالُ وَاْلأَهْلُوْنَ إِلاَّ وَدَائِعٌ … وَلاَ بُدَّ يَوْماً أَنْ تُرَدَّ اْلوَدَائِعُ
Tidaklah harta dan sanak-keluarga melainkan hanyalah titipan, dan pastilah titipan itu suatu hari akan dikembalikan.
Seperti itu juga lafazh
عَالَمُوْنَ dari lafazh عَالَمٌ (Alam, sesuatu selain Allah).
Dijamakkan seperti Jama’ mudzakkar salim, beserta ia bukan Isim Alam pun
bukan Isim Sifat. Contoh firman Allah:
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.
- Kalimah isim yang menunjukkan makna Jamak, namun secara lafazh ia tidak bisa dimufradkan. Semisal lafazh أُوْلُوْ. Contoh Firman Allah Swt.
شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ وَالْمَلَائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ
Allah
menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak
disembah), Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang
berilmu.
- Kalimah mufrad yang di-jamak-kan menjadi isim alam, semisal lafazh عِلِّيُّونَ (kitab catatan amal baik, tempat paling tinggi di Surga, tempat di langit ketujuh dibawah ‘Arsy) dari isim mufrad عِلِّيٌّ (tempat tinggi) akan tetapi ini bukan dari jenis yang berakal. Seperti dalam firman Allah:
كَلَّا إِنَّ كِتَابَ الْأَبْرَارِ لَفِي عِلِّيِّينَ
Sekali-kali tidak, sesungguhnya kitab orang-orang yang berbakti itu (tersimpan) dalam ‘Illiyyin.
وَمَا أَدْرَاكَ مَا عِلِّيُّونَ
Tahukah kamu apakah ‘Illiyyin itu?
- Kalimah yang dijamakkan dengan merubah bentuk asal mufradnya, termasuk dari golongan jama’ taksir, akan tetapi ia di-mulhaq-kan kepada jama’ mudzakkar salim di-I’rab dengan huruf.
contoh: اَرَضُوْنَ,
huruf Ra’ berharkah fathah, dan lafazh mufrad-nya disukunkan اَرْضٌ –
perubahan bentuk asal mufrad, termasuk dari mufrad muannats, jenis tidak
berakal, bukan isim alam, dan bukan isim sifat.
سِنُوْنَ dan babnya,
huruf Sin di-kasrahkan pada jamaknya, dan di-fathahkan pada bentuk
mufradnya سَنَةٌ – perubahan bentuk asal mufrad, termasuk dari mufrad
muannats, jenis tidak berakal, bukan isim alam, dan bukan isim sifat.
Contoh:
قَالَ كَمْ لَبِثْتُمْ فِي الْأَرْضِ عَدَدَ سِنِينَ
Allah bertanya: “Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?”
Adapun maksud daripada bab سِنُوْنَ
adalah: setiap isim bangsa tiga huruf (Tsulatsi) yang dibuang Lam
Fi’ilnya dan diganti dengan Ta’ muannats marbuthah (ة). Di’irab dengan
harakah, bagi orang Arab ia tidak digolongkan pada jamak taksir.
Misalnya lafazh; عِضَةٌ “kebohongan” jamaknya lafazh عِضُوْنَ dg
meng-kasrah-kan huruf ‘Ain. Proses I’lal: asal mufradnya adalah عِضَوٌ
isim bangsa Tsulatsi, dibuang Lam Fi’ilnya yaitu huruf Wau dan diganti
dengan Ta’ muannats, maka menjadi عِضَةٌ. Contoh Firman Allah:
الَّذِينَ جَعَلُوا الْقُرْآنَ عِضِينَ
(yaitu) orang-orang (yahudi dan nashrani) yang telah menjadikan Al Quran itu terbagi-bagi (menjadikan kebohongan).
Contoh lain: عِزَةٌ manjadi عِزِيْنَ dan مِائَةٌ menjadi مِئِيْنَ dll.
عَنِ الْيَمِينِ وَعَنِ الشِّمَالِ عِزِينَ
dari kanan dan dari kiri dengan berkelompok-kelompok
Lafazh عِزِيْنَ dinashabkan menjadi Haal. Mulhaq pada jama’ mudzakkar salim.
سِنُوْنَ dan bab-babnya yang dii’rab
dengan mengikuti irab jama’ mudzakkar salim ini, termasuk sebagian aksen
dari bangsa arab. Diantaranya pula ada yang meng-I’rab سِنُوْنَ dan
bab-babnya dengan harakah zhahir pada huruf Nun terakhir yang biasanya
ditanwinkan beserta tetapnya huruf Ya’ pada semua I’rabnya, tak ubahnya
ia di-i’rab semisal lafazh حِيْنٍ. Contoh:
هَذِهِ سِنِيْنٌ مُجْدِبَةٌ
Ini adalah tahun-tahun yang gersang
وَأَقِمْتُ عِنْدَهُ سِنِيْناً
Aku tinggal bersamanya beberapa tahun.
دَرَسْتُ النَّحْوَ خَمْسَ سِنِيْنٍ
Aku mempelajari Ilmu Nahwu selama lima tahun.
Disebutkan pada salah satu Syawahid Sya’ir dalam bahar Thawil:دَعَانِيَ مِنْ نَجْدٍ فإِنَّ سِنِينَهُ × لَعِبْنَ بِنَا شِيْباً وَشَيِّبْنَنَا مُرْدَا
Tolong kawan…!
Jangan ungkit lagi tentang Kota NajdSesungguhnya tahun-tahun di kota itu…
Telah mempermainkanku ketika aku sudah dalam keadaan ber-uban.
Sesungguhnya tahun-tahun di kota itu…
Telah mengubaniku semenjak aku masih dalam keadaan sangat muda.
Lafazh سِنِيْنَهُ pada
Syair diatas, menunjukkan nashab dengan harakah Fathah dan bukan dengan
Ya’, karena ia tidak membuang huruf Nun pada keadaan ia menjadi mudhaf.
Ada juga logat dan aksen bahasa arab,
tetap meng-I’rab semua bentuk jama’ mudzakkar salim dan
mulhaq-mulhaqnya, diberlakukan seperti irab isim mufrad (dii’rab harakah
pada nun dengan tetapnya ya’) contoh:
جَاءَ مُعَلِّمِيْنٌ. كَلَّمْتُ مُعَلِّمِيْناً. سَلَّمْتُ عَلَى مُعَلِّمِيْنٍ
Para pengajar telah datang. Aku berbicara pada para pengajar. Aku memberi salam pada para pengajar.
Kesimpulan dari penjelasan bait:
Lafazh عِشْرُوْنَ dan saudara-saudaranya
di-mulhaq-kan atau diikutkan kepada jamak mudzakkar salim dalam
pengamalan I’rabnya. Seperti itu juga lafazh أهْلُوْنَ – عَالَمُوْنَ –
أُوْلُوْ dan عِلِّيُّونَ.
Sedangkan untuk Lafazh اَرَضُوْنَ
digaris-bawahi oleh Mushannif sebagai syadz dalam hal ke-mulhaq-annya.
Seperti itu juga lafazh سِنُوْنَ dan babnya. Karena kedua lafazh ini
adalah isim jenis bukan sifat, bukan isim alam, muannats, tidak berakal,
tidak salim lafaz mufradnya, sama sekali tidak memiliki empat syarat
untuk jamak mudzakkar salim. Oleh karena itu syadz-nya kedua lafazh tsb
lebih kuat.
Disebutkan juga dalam bait: lafazh
سِنِيْنَ dan babnya, di-I’rab semisal lafazh حِيْنٍ yakni, menetapkan
huruf Ya’ dan Nun pada semua I’rabnya dengan dii’rab harkah zhahir atas
Nun yang ditanwin pada nakirahnya.
Disebutkan pula dalam bait bahwa:
ditemukan pada orang-orang arab yaitu mengi’rab semua lafazh jamak
mudzakkar salim dan mulhaq-mulhaqnya semisal irab pada lafazh
سِنِيْنَyang diserupakan dengan irab حِيْنٍ. ***