مِنْ ذَاكَ ذُو إِنْ صُحْبَةً أَبَانَا ¤ وَالْفَــــــمُ حَيْثُ الْمِيْمُ مِنْهُ بَانَا
Diantara
Isim-Isim itu (Asmaus Sittah) adalah Dzu jika difahami bermakna Shahib
(yg memiliki), dan Famu sekiranya Huruf mim dihilangkan darinya.
Termasuk pada Asmaus-Sittah
atau Isim-isim yang tanda rafa’nya dengan wawu (و), tanda nashabnya
dengan alif (ا) dan tanda jar-nya dengan ya’ (ي), yaitu Dzu (ذو) dan
Famun (فم).
Persyaratan lafazh Dzu (ذو) yang
tergolong pada Asmaus-Sittah adalah Dzu (ذو) yg difahami makna
Shahib/الصاحب (Si empunya/pemilik). Contoh:
جَائَنِيْ ذُوْ مَالٍ
Si Hartawan datang kepadaku.
وَاللهُ ذُو فَضْلٍ عَظِيمٍ
Dan Allah mempunyai karunia yang besar
Itulah maksud dalam Bait Syair diatas “adalah Dzu jika difahami bermakna Shahib”
untuk membedakan dengan Dzu (ذو) Isim Maushul (sering digunakan oleh
kaum Thayyi’) karena Dzu (ذو) Isim Maushul ini, tidak mempunyai makna si
pemilik, tapi ia memiliki makna seperti الذي . hukum Dzu Isim Maushul
ini Mabni. Artinya tetap dalam satu bentuk ذو baik keadaan rafa’,
nashab dan jar-nya. Contoh:
جَاءَنِيْ ذُوْ قَامَ , رَأيْتُ ذُو قَامَ , مَرَرْتُ بِذُو قَامَ
Dia yang berdiri mendatangiku, Aku melihat dia yang berdiri, Aku bertemu dengan dia yang berdiri.
Sebagaimana contoh dalam syair arabفَإِمَّـا كِرَامٌ مُوسِرُونَ لَقِيتُـهُمْ ¤ فَحَسْبِيَ مِنْ ذُو عِنْدَهُمْ مَا كَفَانِيَا
Adapun
mereka yang mulia lagi mudah hidupnya (kaya), bilamana aku menemuinya,
maka cukuplah bagiku kemurahan yang ada padanya itu dalam melayaniku (sebagai tamu) .
Demikian juga disyaratkan pada lafazh Famun (فم) dalam I’rob
Asmaus-Sittah yaitu Huruf mim harus dihilangkan daripadanya. Contoh:هَذَا فُوْهُ, رَأيْتُ فَاهُ, نَظَرْتُ إلىَ فِيْهِ
Ini mulutnya, aku lihat mulutnya, aku memandang kepada mulutnya.
Apabilah Huruf Mimnya tidak dihilangkan daripadanya maka di-I’rob dengan Harkah. Contoh:هَذَا فَمٌ, رَأيْتُ فَمًا, نَظَرْتُ إلىَ فَمٍ
Ini mulut, aku lihat mulut, aku memandang kepada mulut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar